Friday, November 18, 2016

BEKERJA UNTUK MEMBANTU, BUKAN UNTUK MENGGANGGU



Oleh: Nur Akrom Sangidin

Di tengah-tengah panasnya sinar matahari di sekitar Pom bensin  Ngaliyan, Semarang, seorang pria paruh baya dengan berseragam celana coklat, topi abu-abu, kemeja putih dengan dibalut rompi petugas polisi. Ia sibuk dengan tugasnya mengatur parkiran di pinggir Jalan Raya  Prof. Hamka no.111. Nampak wajah yang begitu bersahaja menyapa para pengendara kendaraan bermotor, baik itu mobil maupun motor yang hendak parkir di lahan parkirnya di sebuah rumah makan.
Pria kelahiran 50 tahun silam itu bernama lengkap Sukimin, ayah dari tiga orang anak hasil penikahan dengan istrinya bernama Jumi’ah. Menurutnya, ia telah bertugas sebagai tukang parkir di Jalan sekitar  Ngaliyan  sejak 2 tahun yang lalu. “Saya bekerja sebagai tukang parkir di sini sekitar dua tahun yang lalu, setelah memiliki satu anak. Tugas saya di sini bukan hanya memarkirkan kendaraan, kadang saya juga membantu warga untuk menyeberang jalan” ucapnya sambil tersenyum. Menurut Sukimin, setiap harinya ia mendapat penghasilan sekitar 20 hingga 40 ribu rupiah. Cukup tidaknya penghasilan tersebut ia terima dengan lapang dada. “Setiap hari paling saya dapat 20.000 kalau lagi sepi, kalau lagi rame saya bisa mendapatkan uang sekitar 50.000. Penghasilan berapa pun saya terima-terima aja, yang penting masih bisa makanujarnya.
Di era sekarang dengan daya persaingan yang tinggi, Sukimin tidak memiliki pilihan pekerjaan lain. Pendidikan terakhirnya yang tidak sampai tamat Sekolah Dasar (SD) membuatnya sulit mencari pekerjaan. Walau dengan penghasilan yang sangat pas-pasan ia tetap bertahan dalam pekerjaannya. Tak terbayangkan olehnya jika harus kehilangan pekerjaan yang telah dua tahun ia geluti. Karena pekerjaannya ini, ia begitu dikenal oleh warga sekitar. Tidak jarang, ia membantu Polantas yang bertugas di dekat lahan parkirnya dalam mengatur lalu lintas jika ada kemacetan. Tidak ada harapan untuk mendapat imbalan apapun dari petugas polantas tersebut. Baginya itu juga merupakan tugasnya sebagai orang yang mendapat uang di jalanan.
Selain peduli akan kondisi jalanan, Sukimin juga begitu peduli terhadap keluarganya. Setiap pulang dari tugasnya, ia langsung memberikan penghasilannya kepada istrinya.  Dan menghampiri anak-anaknya yang masih duduk di bangku sekolah. Jasa seorang tukang parkir memang tidak akan pernah dianggap besar oleh orang lain. Namun bagi Sukimin, semua yang dilakukannya adalah atas dasar ikhlas untuk dapat bermanfaat bagi orang lain. Tak mengenal hujan atau terik, sehat bahkan sakit, ia terus berusaha semaksimal mungkin dalam bekerja.

Istrinya yang setiap hari begitu mengandalkan penghasilan yang diperolehnya tersebut selalu memberikan dukungan yang maksimal. “Istri dan anak saya adalah segalanya bagi saya. Mereka lah yang selama ini mendukung saya dan menjadi tonggak semangat saya. Di jalanan orang tidak peduli akan kondisi saya. Saya bekerja untuk orang lain dan untuk membantu bukan untuk melanggar”. Sukimin berharap, jika ada kebijakan dari pemerintah yang berkaitan dengan pekerjaan sebagai tukang parkir, hendaknya disosialisasikan  kepada  semua tukang parkir termasuk dirinya. Serta diadakannya pelatihan atau pengarahan tentang aturan-aturan lalu lintas yang ada. “Peraturan lalu-lintas tentu harus kami taati, namun kami harus tahu dan mengerti tentang peraturan tersebut” tambah Sukimin.

0 komentar:

Post a Comment