Oleh:
Yunika Indah Wigati
Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam
UIN Walisongo
Media
massa merupakan salah satu wujud dari adanya teknologi, macam teknologi juga
sangat beragam seperti internet, televisi, radio, koran (surat kabar),
telegram, e-mail, dll. Dewasa ini, teknologi
telah menjadi alat yang banyak berperan aktif dalam kehidupan manusia khususnya
dalam hal informasi. Dengan adanya media massa, masyarakat dapat lebih mudah
memperoleh informasi apapun, mulai dari informasi yang bisa dikatakan dalam
lingkup kecil ataupun informasi dalam jangka luas telah tersedia di dalamnya.
Namun,
seiring dengan luasnya jangkauan informasi yang dapat diperoleh dari
kecanggihan teknologi, menjadikan adanya penyalahgunaan teknologi yang tidak
bisa terelakkan di dalam masyarakat. Hal itu dikarenakan kurangnya penyaringan
atau pemfilteran dari teknologi atau media massa itu sendiri, sehingga hal
tersebut di atas tidak dapat dihindari. Penyalahgunaan teknologi yang dimaksud penulis,
adalah ketika teknologi ataupun media massa digunakan untuk hal-hal yang
condong kepada segi negatif dan bukan pada segi positifnya. Salah satu contoh
yang bisa kita lihat bersama, yaitu didalam salah satu bentuk teknologi seperti
media sosial (internet).
Ironinya,
tidak sedikit dari masyarakat yang menjadikannya (media sosial) sebagai tempat
untuk ajang melecehkan satu sama lain, dimana hal itu telah jelas sebagai hal
yang tidak dapat dibiarkan. Walaupun, tindak pelecehan hanya berupa foto yang
tidak senonoh (tidak patut) untuk mejadi komsumsi publik, yang tanpa kata pun
sudah memperlihatkan kepada kita sebagai pelecehan dalam hal pornografi. Yang
mana, seharusnya media sosial bisa digunakan dalam porsi yang lebih baik dari
pada itu (positif), salah satunya untuk dijadikan sebagai ladang dakwah bagi
masyarakat.
Melek
Media
Sebagai masyarakat yang cerdas
setidaknya kita dapat memahami dan melek media. Jika setiap masyarakat dapat
melakukan hal tersebut (memahami dan melek media), maka secara tidak langsung
pemfilteran akan terjadi dengan sendirinya oleh setiap individu masyarakat.
Dimaksud dengan memahami dan melek media bagi masyarakat adalah bagaimana
mereka dapat mengerti maksud dari porsi setiap media secara mendalam, juga
memahami dampak apa yang akan ditimbulkan media saat digunakan, bersifat
positif dan mendukung atau malah sebaliknya.
Namun dengan persepsi setiap
masyarakat yang cenderung heterogen (bermacam-macam), tidak semua orang
mempunyai kemampuan untuk melek media dan melihat secara menyeluruh apa dampak
positif dan negatif dari sebuah media. Pada sebuah sinetron kejar tayang yang
notabennya ditayangkan setiap hari misalnya, tidak jarang masyarakat yang malah
tergiring ke dalam cerita yang ada. Bahkan, cerita fiksi yang ada didalam
sinetron seakan menghipnotis masyarakat hingga perubahan perilaku dikehidupan
nyata.
Peduli
Media
Tidak hanya memandang pada
masyarakat yang cerdas dalam memahami media saja, tapi juga dengan kepedulian
yang diberikan oleh masyarakat terhadap media pada jaman sekarang ini.
Kepedulian dari masyarakat sebenarnya adalah salah satu faktor yang dapat
mejadi filter ampuh media. Sudah sepatutnya, saat masyarakat melihat
film/sinetron yang tidak memiliki unsur pendidikan misal, kepedulian masyarakat
dibutuhkan untuk memberikan kritik dan saran bagi setiap pihak yang
berkecimpung di dalam pembuatan proyek film/sinetron tersebut.
Dengan
kritik dan saran yang membangun dari masyarakat sebagai bentuk kepedulian, secara
tidak langsung akan memaksa pihak-pihak terkait untuk mempertimbangkan
penayangan film tersebut untuk masyarakat. Namun, jika masyarakat tidak
mempunyai kepedulian terhadap kualitas
film yang mereka lihat, dan tidak mau menyalurkan pikiran atau pendapat mereka akan
segala sesuatu yang kiranya merugikan di dalam media, maka sampai seterusnya
akan tetap sama.
Jika
kita merasa sebagai warga negara yang cerdas, maka sudah selayaknya kita mampu
membangun sendiri filter atau benteng pertahanan terhadap globalisasi media
yang merugikan. Juga, mampu membedakan serta menggunakan media dengan baik
sehingga adanya media di dalam lingkungan masyarakat dapat bermanfaat. Bukan
malah terperdaya dalam balutan media tanpa koridor pembatas positif ataupun
negatif. Karena, bukan saatnya berbicara “dia” atau “mereka”, tapi
semua perubahan menjadi lebih baik bertumpu pada “KITA”.
Para
Pemegang Kuasa
Para
pemegang kuasa dalam hal ini, hemat penulis sebagai pemerintah. Peran
pemerintah yang tidak bisa dihilangkan sangat berpotensi besar dalam menggiring
arah media. Media dapat diarahkan kepada hal yang berpendidikan dan mendukung
ataupun sebaliknya oleh pemerintah. Sebab, pemerintah mempunyai tangan yang
kuat dalam menata media yang berada dalam kuasa negara.
Dengan perhatian yang lebih dari
pemerintah atas media bagi masyarakat, akan mendorong kualitas penggunaan media
dengan lebih baik. Misal, penggunaan media dalam dunia perfilman, dengan memanfaatkan
media untuk menyelipkan nilai-nilai pendidikan yang baik bagi masyarakat ke
dalam the art of film. Sebab, sudah menjadi realita saat sinetron atau film
yang notabennya cerita fiksi, dapat mempengaruhi persepsi serta tingkah laku
masyarakat dikehidupan yang nyata. Dengan semua yang tertera diatas, telah
dapat menggambarkan bagaimana pentingnya filter media bagi masyarakat.
0 komentar:
Post a Comment