Saturday, November 26, 2016

REALISASIKAN FILTERISASI MEDIA


Oleh: Yunika Indah Wigati
Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
UIN Walisongo
            Media massa merupakan salah satu wujud dari adanya teknologi, macam teknologi juga sangat beragam seperti internet, televisi, radio, koran (surat kabar), telegram, e-mail, dll. Dewasa ini, teknologi telah menjadi alat yang banyak berperan aktif dalam kehidupan manusia khususnya dalam hal informasi. Dengan adanya media massa, masyarakat dapat lebih mudah memperoleh informasi apapun, mulai dari informasi yang bisa dikatakan dalam lingkup kecil ataupun informasi dalam jangka luas telah tersedia di dalamnya.

Namun, seiring dengan luasnya jangkauan informasi yang dapat diperoleh dari kecanggihan teknologi, menjadikan adanya penyalahgunaan teknologi yang tidak bisa terelakkan di dalam masyarakat. Hal itu dikarenakan kurangnya penyaringan atau pemfilteran dari teknologi atau media massa itu sendiri, sehingga hal tersebut di atas tidak dapat dihindari. Penyalahgunaan teknologi yang dimaksud penulis, adalah ketika teknologi ataupun media massa digunakan untuk hal-hal yang condong kepada segi negatif dan bukan pada segi positifnya. Salah satu contoh yang bisa kita lihat bersama, yaitu didalam salah satu bentuk teknologi seperti media sosial (internet).
Ironinya, tidak sedikit dari masyarakat yang menjadikannya (media sosial) sebagai tempat untuk ajang melecehkan satu sama lain, dimana hal itu telah jelas sebagai hal yang tidak dapat dibiarkan. Walaupun, tindak pelecehan hanya berupa foto yang tidak senonoh (tidak patut) untuk mejadi komsumsi publik, yang tanpa kata pun sudah memperlihatkan kepada kita sebagai pelecehan dalam hal pornografi. Yang mana, seharusnya media sosial bisa digunakan dalam porsi yang lebih baik dari pada itu (positif), salah satunya untuk dijadikan sebagai ladang dakwah bagi masyarakat.
Melek Media
            Sebagai masyarakat yang cerdas setidaknya kita dapat memahami dan melek media. Jika setiap masyarakat dapat melakukan hal tersebut (memahami dan melek media), maka secara tidak langsung pemfilteran akan terjadi dengan sendirinya oleh setiap individu masyarakat. Dimaksud dengan memahami dan melek media bagi masyarakat adalah bagaimana mereka dapat mengerti maksud dari porsi setiap media secara mendalam, juga memahami dampak apa yang akan ditimbulkan media saat digunakan, bersifat positif dan mendukung atau malah sebaliknya.
            Namun dengan persepsi setiap masyarakat yang cenderung heterogen (bermacam-macam), tidak semua orang mempunyai kemampuan untuk melek media dan melihat secara menyeluruh apa dampak positif dan negatif dari sebuah media. Pada sebuah sinetron kejar tayang yang notabennya ditayangkan setiap hari misalnya, tidak jarang masyarakat yang malah tergiring ke dalam cerita yang ada. Bahkan, cerita fiksi yang ada didalam sinetron seakan menghipnotis masyarakat hingga perubahan perilaku dikehidupan nyata.
Peduli Media
            Tidak hanya memandang pada masyarakat yang cerdas dalam memahami media saja, tapi juga dengan kepedulian yang diberikan oleh masyarakat terhadap media pada jaman sekarang ini. Kepedulian dari masyarakat sebenarnya adalah salah satu faktor yang dapat mejadi filter ampuh media. Sudah sepatutnya, saat masyarakat melihat film/sinetron yang tidak memiliki unsur pendidikan misal, kepedulian masyarakat dibutuhkan untuk memberikan kritik dan saran bagi setiap pihak yang berkecimpung di dalam pembuatan proyek film/sinetron tersebut.
Dengan kritik dan saran yang membangun dari masyarakat sebagai bentuk kepedulian, secara tidak langsung akan memaksa pihak-pihak terkait untuk mempertimbangkan penayangan film tersebut untuk masyarakat. Namun, jika masyarakat tidak mempunyai kepedulian  terhadap kualitas film yang mereka lihat, dan tidak mau menyalurkan pikiran atau pendapat mereka akan segala sesuatu yang kiranya merugikan di dalam media, maka sampai seterusnya akan tetap sama.
Jika kita merasa sebagai warga negara yang cerdas, maka sudah selayaknya kita mampu membangun sendiri filter atau benteng pertahanan terhadap globalisasi media yang merugikan. Juga, mampu membedakan serta menggunakan media dengan baik sehingga adanya media di dalam lingkungan masyarakat dapat bermanfaat. Bukan malah terperdaya dalam balutan media tanpa koridor pembatas positif ataupun negatif. Karena, bukan saatnya berbicara “dia” atau “mereka”, tapi semua perubahan menjadi lebih baik bertumpu pada “KITA”.

Para Pemegang Kuasa
            Para pemegang kuasa dalam hal ini, hemat penulis sebagai pemerintah. Peran pemerintah yang tidak bisa dihilangkan sangat berpotensi besar dalam menggiring arah media. Media dapat diarahkan kepada hal yang berpendidikan dan mendukung ataupun sebaliknya oleh pemerintah. Sebab, pemerintah mempunyai tangan yang kuat dalam menata media yang berada dalam kuasa negara.

            Dengan perhatian yang lebih dari pemerintah atas media bagi masyarakat, akan mendorong kualitas penggunaan media dengan lebih baik. Misal, penggunaan media dalam dunia perfilman, dengan memanfaatkan media untuk menyelipkan nilai-nilai pendidikan yang baik bagi masyarakat ke dalam the art of film. Sebab, sudah menjadi realita saat sinetron atau film yang notabennya cerita fiksi, dapat mempengaruhi persepsi serta tingkah laku masyarakat dikehidupan yang nyata. Dengan semua yang tertera diatas, telah dapat menggambarkan bagaimana pentingnya filter media bagi masyarakat.       

0 komentar:

Post a Comment