Tuesday, November 10, 2020

Sambut New Normal, Mahasiswa Edukasi Santri Dalam Pembuatan Handsanitizer

 


Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Walisongo Semarang memberikan edukasi tentang cara pembuatan handsanitizer alami pada santri di Pondok Pesantren Miftahul Huda Dusun Semondo, Desa Mondoretno Bulu Temanggung pada Rabu (11/11).

Temanggung – Dalam menyambut new normal, mahasiswa kuliah kerja nyata UIN Walisongo Semarang  melakukan edukasi tentang  cara pembuatan handsanitizer dari bahan alami. Kegiatan ini diikuti oleh 50 santri Pondok Pesantren Miftahul Huda  Dusun Semondo Desa Mondoretno Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung pada hari Rabu (11/11).

Mengingat new normal yang akan diberlakukan dikalangan pesantren, mematuhi protokol kesehatan sangatlah penting salah satunya dengan menggunakan handsanitizer. 

Disamping menggunakannya, santri juga wajib tahu mengenai proses pembuatan handsanitizer salah satunya dengan memanfaatkan bahan-bahan alami disekitar lingkungan seperti daun sirih.

Adanya program pengedukasian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada santri akan pentingnya bahan alami serta penggunaan dan manfaatnya. 

Alfian johan selaku koordinator KKN mengatakan “Semoga dengan adanya program ini dapat menambah wawasan santri mengenai manfaat dari daun sirih di musim pandemi seperti ini, dan diharapkan ilmu yang kami bagi dapat diterapkan sebaik mungkin”.

Selama kegiatan ini berlangsung semua peserta tetap memperhatikan protokol kesehatan dengan mengenakan masker, selain itu antusias para santri sangatlah tinggi. 

Azizah salah satu santri mengatakan “Kami sangat senang sekali dengan adanya kegiatan pembuatan handsanitizer yang diberikan oleh tim  KKN, sehingga kami mendapatkan ilmu yang sebelumnya belum tahu menjadi lebih tahu akan pentingnya daun sirih yang dapat dijadikan handsanitizer”.

K.H Mahali selaku pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda menyampaikan apresiasi dengan dilaksanakannya program pengedukasian tersebut.

Beliau mengatakan “Terimakasih kepada rekan-rekan KKN UIN Walisongo Semarang sudah membagi ilmunya, semoga bermanfaat dan dapat diterapkan oleh para santri” tutupnya.

Penulis: Arif Nur Rohman

Editor: Peni Dwiyanti


Monday, November 9, 2020

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Kunjungi Usaha Kelompok Dawis Dalam Pemasaran Pasar Pagi Mondoretno

 

Kunjungan Mahasiwa Kuliah Kerja Nyata (KKN)  kepada kelompok Darwis di pasar pagi Desa Mondoretno kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Minggu,(8/11).

      Mahasiswa KKN UIN waslisongo mengadakan kunjungan ke usaha kelompok dawis dalam pemasaran pasar pagi di desa Mondoretno, kecamatan Bulu, kabupaten Temanggung (8/11/2020).

      Anggota kelompok dawis membuat kreativitas dengan memanfaatkan kain perca dan pita jepang untuk dijadikan sebuah karangan bunga. Sebelum mereka membuat karangan bunga terdapat pelatihan terlebih dahulu.

      Mereka tak hanya merangkai bunga buatan saja, melainkan mereka juga menanam tanaman bunga, sayur dan buah serta tanaman toga seperti bunga mawar, bunga sepatu, bunga melati, bunga lidah buaya, buah strawberry, lengkuas, jahe, kunir, dan lain sebagainya. Anggota kelompok memasarkan hasil usaha nya di pasar pagi.

      Joko salah satu anggota kelompok dawis mengaku berjualan sejak ada pasar pagi. “saya mulai berjualan bunga sejak ada pasar pagi”. ujarnya.

      Tak hanya memasarkan hasil usahanya di pasar pagi, anggota kelompok dawis juga memasarkan secara online melalui media sosial. Omset daya beli lebih cepat secara online dari pada di pasar pagi. “Penjualan bunga cepat laku lewat online dari pada di pasar pagi”. ujarnya lagi.

      Anggota kelompok melayani pemesanan bunga untuk hantaran, pernikahan, dan acara-acara lain. Muslihah yang merupakan anggota kelompok dawis mengatakan “kami juga melayani pemesanan untuk pernikahan, bisa juga pemesanan karangan bunga untuk hantaran”

      Harga setiap karangan bunga dan tanaman lainnya bermacam-macam mulai dari harga 10.000 hingga 40.000 tergantung besar kecilnya pertumbuhan bunga dan tanaman. Kendala yang dialami anggota kelompok dalam pemasaran adalah kurangnya anggota untuk memasarkan hasil usahanya. “Pemasarannya belum berkembang, hanya satu atau dua orang yang memasarkan sedangkan pembuatannya sudah lancar” ujar joko.

      Untuk mengantisipasi daya saing dalam usahanya, mereka menambah variasi lebih banyak lagi agar konsumen tertarik dan tetap membeli hasil usahanya. “kami menambah variasi yang bermacam-macam dan juga kami menyediakan bukat entah untuk wisuda atau acara apapun”. tambah joko.


Penulis: Ulfia Ummahatin