Saturday, November 26, 2016

ANAK TUKANG BECAK KE LUAR NEGERI


Oleh: Sita Sikha Malia
Adzan subuh telah berkumandang, Sarmin (56) segera menuju ke masjid untuk jamaah subuh. Usai melaksanakan jama’ah subuh, ia bersiap diri untuk bekerja. Berprofesi sebagai tukang becak sudah dilakoninya selama 20 tahun. Jerih payah Sarmin dalam bekerja dilakukan demi anak sematawayangnya.

BENCANA ALAM DI DEMAK

DEMAK - Hujan angin landa kota Demak, akibatnya belasan ruko rusak parah. Hal ini terjadi di Kabupaten Demak, Jawa-Tengah, (26/11/2016) sore. Hujan disertai angin kencang yang terjadi sekitar pukul 15:45-17.00 WIB.

BANGUN TEAM WORK YANG KUAT


Oleh: Edi Hermawan (Ediedhodhodoe)

Kekompakan dalam suatu tim merupakan hal yang penting. Sebab, kekompakan tentu akan mempengaruhi keberhasilan dari suatu kegiatan ataupun acara yang akan berlangsung. Untuk membentuk tim yang kompak dan solid tentunya bukanlah hal yang sulit tetapi juga tidak mudah. Tidaklah mudah, karena dikatakan sebagai tim berarti ada beberapa orang yang terlibat didalamnya.
Setiap orang dalam tim tentu memiliki pemikiran, sifat dan perilaku yang berbeda-beda, hal tersebut akan menjadi hambatan jika tidak di tangani dengan cepat dan tepat. Salah penanganan bisa membuat tim menjadi berantakan, tidak kompak dan akhirnya acara atau kegiatan yang akan anda lakukan gagal.

REALISASIKAN FILTERISASI MEDIA


Oleh: Yunika Indah Wigati
Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
UIN Walisongo
            Media massa merupakan salah satu wujud dari adanya teknologi, macam teknologi juga sangat beragam seperti internet, televisi, radio, koran (surat kabar), telegram, e-mail, dll. Dewasa ini, teknologi telah menjadi alat yang banyak berperan aktif dalam kehidupan manusia khususnya dalam hal informasi. Dengan adanya media massa, masyarakat dapat lebih mudah memperoleh informasi apapun, mulai dari informasi yang bisa dikatakan dalam lingkup kecil ataupun informasi dalam jangka luas telah tersedia di dalamnya.

Friday, November 18, 2016

BEKERJA UNTUK MEMBANTU, BUKAN UNTUK MENGGANGGU



Oleh: Nur Akrom Sangidin

Di tengah-tengah panasnya sinar matahari di sekitar Pom bensin  Ngaliyan, Semarang, seorang pria paruh baya dengan berseragam celana coklat, topi abu-abu, kemeja putih dengan dibalut rompi petugas polisi. Ia sibuk dengan tugasnya mengatur parkiran di pinggir Jalan Raya  Prof. Hamka no.111. Nampak wajah yang begitu bersahaja menyapa para pengendara kendaraan bermotor, baik itu mobil maupun motor yang hendak parkir di lahan parkirnya di sebuah rumah makan.
Pria kelahiran 50 tahun silam itu bernama lengkap Sukimin, ayah dari tiga orang anak hasil penikahan dengan istrinya bernama Jumi’ah. Menurutnya, ia telah bertugas sebagai tukang parkir di Jalan sekitar  Ngaliyan  sejak 2 tahun yang lalu. “Saya bekerja sebagai tukang parkir di sini sekitar dua tahun yang lalu, setelah memiliki satu anak. Tugas saya di sini bukan hanya memarkirkan kendaraan, kadang saya juga membantu warga untuk menyeberang jalan” ucapnya sambil tersenyum. Menurut Sukimin, setiap harinya ia mendapat penghasilan sekitar 20 hingga 40 ribu rupiah. Cukup tidaknya penghasilan tersebut ia terima dengan lapang dada. “Setiap hari paling saya dapat 20.000 kalau lagi sepi, kalau lagi rame saya bisa mendapatkan uang sekitar 50.000. Penghasilan berapa pun saya terima-terima aja, yang penting masih bisa makanujarnya.
Di era sekarang dengan daya persaingan yang tinggi, Sukimin tidak memiliki pilihan pekerjaan lain. Pendidikan terakhirnya yang tidak sampai tamat Sekolah Dasar (SD) membuatnya sulit mencari pekerjaan. Walau dengan penghasilan yang sangat pas-pasan ia tetap bertahan dalam pekerjaannya. Tak terbayangkan olehnya jika harus kehilangan pekerjaan yang telah dua tahun ia geluti. Karena pekerjaannya ini, ia begitu dikenal oleh warga sekitar. Tidak jarang, ia membantu Polantas yang bertugas di dekat lahan parkirnya dalam mengatur lalu lintas jika ada kemacetan. Tidak ada harapan untuk mendapat imbalan apapun dari petugas polantas tersebut. Baginya itu juga merupakan tugasnya sebagai orang yang mendapat uang di jalanan.
Selain peduli akan kondisi jalanan, Sukimin juga begitu peduli terhadap keluarganya. Setiap pulang dari tugasnya, ia langsung memberikan penghasilannya kepada istrinya.  Dan menghampiri anak-anaknya yang masih duduk di bangku sekolah. Jasa seorang tukang parkir memang tidak akan pernah dianggap besar oleh orang lain. Namun bagi Sukimin, semua yang dilakukannya adalah atas dasar ikhlas untuk dapat bermanfaat bagi orang lain. Tak mengenal hujan atau terik, sehat bahkan sakit, ia terus berusaha semaksimal mungkin dalam bekerja.

Istrinya yang setiap hari begitu mengandalkan penghasilan yang diperolehnya tersebut selalu memberikan dukungan yang maksimal. “Istri dan anak saya adalah segalanya bagi saya. Mereka lah yang selama ini mendukung saya dan menjadi tonggak semangat saya. Di jalanan orang tidak peduli akan kondisi saya. Saya bekerja untuk orang lain dan untuk membantu bukan untuk melanggar”. Sukimin berharap, jika ada kebijakan dari pemerintah yang berkaitan dengan pekerjaan sebagai tukang parkir, hendaknya disosialisasikan  kepada  semua tukang parkir termasuk dirinya. Serta diadakannya pelatihan atau pengarahan tentang aturan-aturan lalu lintas yang ada. “Peraturan lalu-lintas tentu harus kami taati, namun kami harus tahu dan mengerti tentang peraturan tersebut” tambah Sukimin.

Monday, November 7, 2016

NGURI-NGURI BUDAYA ASRAH BATIN

Oleh: Siti Futkhatin
Kesibukan warga Ngombak tak membuat mereka lelah, tapi semakin semangat dalam mempersiapkan acara yang mereka nanti-nantikan selama 2 tahun sekali. Mengapa demikian? karena warga ngombak akan menggelar sebuah budaya yang sudah mereka jalankan sejak tahun 1921. Budaya itu masih mereka jalankan sampai sekarang dengan ritual yang sudah diajarkan oleh sesepuh-sesepuh mereka dahulu. Mulai tangal 30 oktober, tepatnya di hari minggu pon tahun 2016 samapi acara puncaknya yaitu pada hari minggu kliwon, 6 oktober 2016. Semua warga Ngombak berantusias ikut serta dalam peringatan Asrah Batin didesa mereka, sehingga betul-betul mempersiapkan acara ini dengan sempurna.
A Tamsir SPd, merupakan salah satu tokoh sesepuh dan pendongeng dari acara budaya Asrah Batin. Selain itu, ia juga tahu sejarah terjadinya Asrah Batin di desa Karanglangu dan Ngombak. Ia menjelaskan bahwa “Asrah batin merupakan bentuk tradisi yang dilaksanakan untuk memperingati peristiwa gagalnya perkawinan antara Kedhana (Raden Sutdja) dari Desa Karanglangu dengan Kedhini (Roro Ayu Mursiyah) dari Desa Ngombak yang diganti menjadi acara Syukuran, karena pertemuan kakak dan adik yang dulu sekian lama berpisah”. Tamsir juga menjelaskan tata cara ritual Asrah batin, mulai dari hari dimana asrah batin itu berlangsung.
Ritual asrah batin harus dilakukan sesuai, hari itu dimulai dengan hari minggu pon yaitu diawali dengan acara gebyok (mencari ikan tanpa membawa obat peledak). Hari senin diadakan tubu (seluruh rakyat desa ngombak mencari ikan disungai lalu disetorkan kebalai desa), dan sampai hari minggu kliwon. Minggu kliwon adalah acara puncak dari Budaya Asrah Batin.  Mulai dari pagi hari, pertemuan kepala Desa Karanglangu pengganti dari (kedhana) dan kepala Desa Ngombak (kedihni). Kepala Desa Ngombak menyambut kedatangan kepala Desa Karanglangu di tepi sungai. Sebab, dulu waktu Kedhana datang menemui adiknya Kedhini bersama rombongannya melewati hutan dan berjalan menyebrangi sungai.
Setelah sampai ditepi sungai kepala Desa Ngombak menjabat tangan kepala Desa Karanglangu dan mengajak untuk singgah kerumahya. Sampai dipintu, kepala Desa Ngombak membasuh kaki kepala Desa Karanglangu dengan air bunga, dan keduanya menuju ketempat duduk yang sudah disiapkan. Iringan gending jawa dengan irama eleng-eleng, mendahului sambutan kepala Desa Ngombak yang diwakili oleh masyarakat Ngombak. Sambutan dari Camat Kedung Jati, laporan panitia yang disambung dengan pemberian cendara mata oleh kedua kepala desa masing-masing, kemudian dilanjutkan dongeng asrah batin dan diakhiri doa.
            Setelah doa, masyarakat saling memperebutkan sebuah bingkisan yang terbuat dari daun jati dengan isi nasi, ikan, dan botok. Mereka percaya, bingkisan tersebut adalah berkah, selain itu juga ada boreh. Boreh dipercayai bisa menyembuhkan penyakit, konon saat membuat boreh zaman kedini digunakan untuk menghilangkan rasa capek atau sakit. Orang yang membuat borehpun tidak sembarang orang, karena yang boleh membuat boreh adalah keturunan orang-orang yang membuat boreh pada zaman Kedini. Ada juga badek (air tape), masyarakat juga meyakini badek dapat menyembuhkan segala penyakit dan membuat badan segar, badek juga dibuat oleh orang-orang khusus seperti boreh.
Kemudian setelah selesai acara, kepala Desa Karanglangu berpamitan dan pulang dengan membawa oleh-oleh pemberian kepala Desa Ngombak berupak botok, ikan, badek, dan nasi. Jalan yang dilalui untuk pulang sama seperti rute awal yaitu kembali kesungai dan menyeberanginya kemudian berjalan kaki melewati hutan.
Penghargaan Budaya Asrah Batin
Mz Roman salah seorang duta Wisata Kab. Grobogan 2016 merasa banggga telah menjadi masyarakat sekaligus duta wisata  Kab Grobogan karena memiliki budaya yang unik dan luar biasa. Roman mengatakan “budaya seperti ini (Asrah Batin) harus dilestarikan dan juga dihargai oleh semua rakyat maupun pemerintah.
             Mz Roman juga berharap budaya ini akan selalu dilestarikan oleh semua keturunanya. Sebab, hal ini merupakan aset budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan. Selain itu, Roman berharap tidak hanya wisatawan dari kabupaten Grobogan yang tau tentang budaya ini, tapi juga wisatawan lain dari luar kabupaten Grobogan dapat mengetahui budaya Asrah Batin dan mau menengok, melihatnya.
Tali Persaudaraan Desa Ngombak dengan Karanglangu
Agus (kepala Desa Karanglangu) mengatakan, dengan adanya asrah batin ini desa karanglangu dapat bersatu dan menjalin silaturrohmi yang baik dan tidak ada saling membenci ataupun bermusuhan, seperti yang telah disampaikan oleh kedhana-kedini. Mereka juga diajarkan untuk berkata jujur, sampai sekarang kata-kata (pesan) dari kedhana-kedini selalu ditaati. Karena kedhana-kedini adik kakak keduanya maka kedhana mengatakan bahwa kelak keturunanmu (kedini), sampai nanti adalah  sebagai adik dan keturunanku sebagai kakakmu, karena terjadinya perjanjian itu maka dari dulu hinga nanti rakyat Ngombak dan Karanglangu tidak diperbolehkan menikah.